NGANJUK, JURNALDETIK.COM– Tradisi tahunan Sedekah Bumi atau Nyadranan di Dusun Bajang, Kecamatan Ngluyu, Kabupaten Nganjuk, kembali digelar dengan penuh khidmat dan semangat kebersamaan. Salah satu momen paling sakral dalam rangkaian acara ini adalah kirab menuju Makam Mbah Dampu Awang yang berada di puncak Gunung Perahu. Ratusan warga tampak antusias membawa tumpeng ayam panggang sebagai bagian dari ritual adat, meski harus menempuh perjalanan kaki puluhan kilometer.

Pelaksanaan pada hari Jumat (25/4/2024) Warga bersama Pjs Kades Tuti’ah bersama Perangkat dan juga Babinsa dan Bhabinkamtibmas desa Bajang mulai berjalan sejak pagi hari, menempuh medan terjal dan menanjak menuju puncak gunung sambil membawa bakul nasi plus panggang ayam dan juga tak sedikit bakul tersebut berisikan aneka jajanan Jawa seperti kue cucur, onde-onde, rengginang dan lainnya.

Meski melelahkan, semangat tetap menyala, terlebih karena perjalanan ini dianggap sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan ungkapan syukur atas berkah alam yang melimpah yang di berikan oleh Allah SWT kepada warga dusun Bajang.
Hari, salah satu warga Dusun Bajang yang turut serta dalam prosesi tersebut, mengaku tidak pernah absen mengikuti ritual ini setiap tahunnya. “Walau jauh dan capek, kami jalani dengan ikhlas. Ini bagian dari tradisi dan rasa syukur kami kepada Tuhan, juga penghormatan kepada Mbah Dampu Awang yang diyakini sebagai leluhur penjaga desa,” ujarnya.
Warga yang juga Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Dinas Pendidikan Nganjuk ini juga menjelaskan ,Tumpeng ayam panggang yang dibawa warga merupakan simbol rasa syukur dan doa keselamatan atau warga yang punya Nadar.
“Sesampainya di puncak, warga menggelar doa bersama, lalu menyantap tumpeng secara gotong royong sebagai simbol persatuan dan kebersamaan.” Imbuhnya
Selain ritual di makam, rangkaian Sedekah Bumi juga diisi dengan pertunjukan seni tradisional Tayub yang digelar di rumah Kepala Dusun (Kasun) Bajang. Tradisi ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga warisan leluhur serta menjalin hubungan harmonis antar warga dan alam sekitar.
Dengan semangat yang terus terjaga, warga Dusun Bajang berharap tradisi ini akan terus dilestarikan oleh generasi mendatang sebagai bagian dari identitas budaya yang kaya dan penuh makna.(Kar)
.

















